Sunday, July 19, 2009

pohon



pohon : bentuk nya kaya selamat datang, hahah




pohon : bolong bolong




pohon : cewek manjat pohon -- --




pohon : bentuk simpul




pohon : tulisan Allah




pohon : bentuk kepala orang
cerita :
Pohon yang Kehilangan Rohnya
Cerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Inilah yang mereka lalukan, dengan tujuan supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? O, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.

Pernahkah kita berteriak pada anak kita? Ayo cepat! Dasar leletan! Bego banget sih.. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan.. . Ayo, jangan main-main disini. Berisik! Bising!

Atau, pernahkah kita berteriak kepada orang tua kita karena merasa mereka membuat kita jengkel? Kenapa sih makan aja berceceran? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar?

Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak? Atau, mungkin kitapun berteriak balik kepada pasangan hidup kita karena kita merasa sakit hati? Cuih! Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu, tahu nggak?! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa! Aduh.. Perempuan kampungan banget sih?!

Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya. Eh tolol, soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu mulai akan jadi pinter?

Ingatlah, setiap kali kita berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.

Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan?! Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya, meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak.

Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan Anda, selalulah berteriak.

Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik sebagai balasannya.

Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita.
end



Lone Cypress, Pebble Beach, California

pohon : di atas batu granit
cerita :
Kisah Pohon yang Tegar
Gantunglah cita-citamu di tempat yang tinggi supaya ia tidak dapat dimusnahkan oleh orang lain kerana cita-cita itu adalah sumber kekuatan perjuangan yang tidak terhingga dari segi lahir dan batinnya – Imam Abu Hanifah

Di California Selatan ada sebatang pohon yang terkenal di seluruh Amerika. Sepanjang tahun pohon itu dikunjungi ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri. Bentuk pohon itu sama sekali tidak sedap dipandang mata. Tingginya kurang dari 4 meter dengan batang agak pipih & melintir. Hanya sebagian cabang ditumbuhi daun, sedang bagian lainnya gundul. Pohon itu menjadi terkenal karena tumbuh di atas batu granit yang keras. Tingginya sekitar 100 mtr di atas permukaan laut, menghadang langsung Samudera Pasifik yang anginnya keras mendera.

Tidak ada pohon lain yang tumbuh di sekitarnya, kecuali pohon itu. Rupanya beberapa tahun lalu sebutir biji pohon terbawa angin, dan jatuh di celah batu granit yang ada tanahnya. Benih itu kemudian tumbuh, tetapi setiap kali batang muncul keluar, langsung hancur diterpa angin Pacific yang kencang. Terkadang pohon itu tumbuh agak besar, tapi badai kembali memporakporandakannya.

Sekalipun demikian, akarnya terus tumbuh menghunjam ke bawah mencapai tanah melewati poros-poros batu granit sambil menghisap mineral-mineral di sekitarnya. Sementara itu batangnya tumbuh terus setelah berkali-kali dihancurkan angin kencang, makin lama makin kokoh dan liat sampai akhirnya cukup kuat menahan terpaan badai, sekalipun bentuknya tidak karuan.

Oleh orang Amerika, pohon tersebut dianggap sebagai simbol ketegaran karena seakan-akan memberi pelajaran kepada umat manusia untuk tetap tabah dan gigih dalam menghadapi berbagai cobaan dan gelombang kehidupan.
end




pohon : mengerut
cerita :
Misteri pohon yang mengerut
Sebuah tim yang terjun dalam urusan ukur mengukur pohon di tahun 2004, sempat terperanjat saat pohon-pohon yang diukurnya berkurang lingkar diameternya, biarpun pengurangan kadang hanya berkisar 0.1 – 1 cm. Dua orang dalam tim ini adalah orang baru dalam bisnis ukur mengukur pohon ini, sementara 2 orang lainnya relatif bertahan dalam tim yang telah dibentuk sejak tahun 1997.

Mungkinkah pohon dapat mengerut? Kehidupan pohon tak lepas dari proses fotosintesis di mana dedaunan menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi yang diperlukannya dalam pertumbuhan. Proses ini terkait dengan penyerapan karbondioksida (+ molekul air) dan mengubahnya menjadi gula dan oksigen. Dedaunan adalah reseptor sinar matahari dan penadah karbondioksida (carbon sequester) yang ditampung dalam kayunya. Tak ada daun, proses pengubahan energi ini tentu menjadi macet dan mengganggu pertumbuhan pohon. Namun terganggunya pertumbuhan pohon tidak sesederhana dedaunannya yang berguguran.

Dua belas tahun mengikuti perkembangan pepohonan di salah satu hutan dataran rendah tersisa di ujung pulau Sumatra bagian Selatan tak ubahnya bagai melakukan suatu investigasi jangka panjang. Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global yang terkait dengan peningkatan kadar karbondioksida menjadi tren dalam kehidupan dunia. Seperti menggambarkan tak cukupnya hutan dan pepohonan yang dapat menangkap kelebihan karbon ini yang menyebabkan efek rumah kaca. Suhu bumi yang kian memanas ternyata bukan asal bicara. Data yang terkumpul di Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, menjadi saksinya. Padahal peningkatan suhu meningkatkan proses respirasi namun menurunkan kecepatan fotosintesis. Sementara itu, kebakaran hutan yang terjadi tahun 1982 dan 1997 di lokasi yang sama pun dapat menjadi tersangka. Ya, kebakaran hutan yang berulang memperparah proses pemulihan hutan dan hutan menjadi lebih sensitif terpapar kebakaran lagi. Lantas, siapa gerangan penjahatnya?

Dua kali kebakaran hutan membuat proses suksesi tertatih-tatih. Dari anakan pohon tingkat pancang (sapling) yang diamati sejak tahun 1997, tak banyak yang telah mencapai tingkat pohon yang terukur (berdiameter lebih dari 10 cm). Dalam satu decade pasca kebakaran, memang terlihat adanya pepohonan yang cepat tumbuh (fast-growing tree) seperti pohon kenanga (Cananga odorata) atau tabu (Tetrameles nudiflora). Pertanda baik? Tidak sepenuhnya. Adanya pepohonan cepat tumbuh ini memang membuat daerah terbuka menjadi lebih cepat rimbun. Tetapi seladak-selidik, ternyata pohon jenis ini mempunyai kepadatan kayu yang rendah (kepadatan kayu di bawah 0.4 gram/ cm3) yang tak mampu menampung karbon sebesar pepohonan berkepadatan kayu tinggi (lihat di sini untuk info tentang kepadatan kayu). Padahal pepohonan yang disebut terakhir seperti jenis-jenis Dipterocarpus spp., Lithocarpus spp., Heritiera spp. tak mau bergegas membesar (kepadatan kayu di atas rata-rata di atas 0.7 gram/cm3). Kebakaran hutan tak lagi menjadi alasan satu-satunya. Suhu yang memanas secara signifikan berkorelasi positif terhadap keengganan sebagian besar pohon untuk tumbuh membesar.

Tak bisa dielakkan bahwa selama 8 hari penuh mengikuti lingkar lebih dari 2000-an pohon membuat hati termangu-mangu dan masgul. Di tengah teriknya matahari dan puasa Ramadhan, terbayang bagaimana pepohonan kehausan. Dalam dua tahun belakangan, curah hujan di tempat ini berkurang dari rata-rata per tahunnya. Sementara tren yang terbaca adalah pepohonan yang ‘mengerut’ dan meningkatnya pepohonan berkepadatan kayu rendah. Apalah artinya puasa saya, sedangkan hutan ini yang seharusnya kontributor tertinggi mengurangi efek perubahan iklim ternyata malah terseok-seok akibat iklim dan dipaksa berpuasa oleh keadaan……….
end



pohon : meluk batu




pohon : cinta (?)
cerita :
Pohon Cinta
Pohon ini ada nya di Pulau Kemaro. Nama Pohon ini adalah Pohon Cinta. Nggak ngerti apa memang itu nama asli pohon atau nama pemberian dari Yayasan Kemaro.

Yang unik dari pohon ini :
Akar-akarnya yang menyatu dengan dahan pohon. Lihat dengan seksama cabang-cabang dari pohon ini banyak yang menghujam bumi. Itu adalah akar pohon. Bukan dahan pohon yang iseng menyusup kedalam bumi.

No comments: